Sunday, June 1, 2014

Belajar Memantaskan Diri

Selamat malam. Udah lama saya gak nulis di blog saya sendiri.

Udah 1 bulan lamanya saya berhijab sekarang. Sempurna? Belum.
Siapa yg bilang saya berhijab lantas saya sempurna? Tidak.
Saya masih banyak sekali kekurangannya dibandingkan mungkin dengan kalian.
Saya hanya seorang perempuan, mahasiswa, yang sedang memantaskan diri untuk surga. Atau dalam islam, Jannah.

Sebulan saja berhijab, saya merasakan hikmah yg Alhamdulillah luar biasa menurut saya.
Tidak prelu saya jelaskan disini, tidak perlu. Cukuplah saya yang tau, cukuplah saya yang bersyukur, dan saya tidak ingin ria karenanya. Allah Maha Tahu dan Maha Mendengar.
Bukan berarti saya mengajak kalian untuk berhijab. Tidak. Bukan berarti saya menghasut. Tidak.
Bukan berarti saya berlebihan. Tidak. Bukan berarti saya meninggikan bias kepercayaan diri saya seakan-akan saya luar biasa. Tidak.
Tidak karena semua itu.
Saya hanya ingin kalian tau, bahwa tulisan ini saya buat hanya untuk dinikmati, dan kalian akan tau, saya hanya perempuan biasa.  Silahkan, itu hak kalian apa yang kalian pikirkan.

Saya perempuan biasa. Sudah beberapa tahun lamanya, saya baru siap untuk berhijab sekarang.
Pada awalnya, jujur saja saya tidak siap. Sama sekali tidak siap.
Alasan klasik. Saya masih ingin memainkan rambut gelombang saya, seperti anak umur 10 tahun.
Bukankah itu alasan mengapa semua wanita belum siap berhijab? Mahkota yg sangat cantik tergerai bebas.

Bukan bermaksud untuk sombong, naudzubillah himindzalik. 
Orang yang kenal saya dekat, tau saya seperti apa, tau kebiasaan saya apa, tau bagaimana saya dalam memantaskan diri saya untuk Jannah, bagaimana usaha saya untuk mendapatkan pahala.
Mengaji, khatam, istigosah, semua puasa sunnah, puasa wajib, khatam, itikaf, atau apapun itu.. banyak sekali keuntungannya bukan? Untuk ini lah.. Untuk itu lah.. Agar ini lah.. Agar itu lah..
Bukan saya merendah, tidak.
Tujuan saya satu, hanya mengejar pahala. Itu saja. Allah Maha Tahu saya berbohong atau tidak, itulah alasannya.
Ketika semua orang bertanya, "buat apa sya puasa isra mi'raj?" "ngapain ke mesjid agung?" "senin-kamis lagi? buat apa?" "itikaf?buat apa?" Saya hanya menjawab, ya.. buat nambah pahala aja, buat apa? Itungannya mah gimana Allah aja ntar. Hehehe. 
Pasti.. bertanya... "Kenapa gak pake kerudung aja sya, sekalian"
Saya hanya bisa tertawa. (tapi jujur saja, saya bertanya pada diri saya sendiri.. "kapan ya siapnya?"

Mungkin kalian bilang bahwa saya berlebihan, terserah. Yang jelas, itu yang memang saya rasakan, itu yang memang saya lakukan.
Saya hanya ingin belajar memantaskan diri saya untuk Jannah. 

Saya, sudah melihat kebesaran Allah, pada bulan Ramadhan tahun 2012. Setelah malam tarawih, di minggu pertama yang membuat saya terkesima.. Subhanallah.. dan Pada tahun sebelumnya, bulan Ramadhan 2011, dengan kebesaran yang berbeda.
Saya berlebihan? Terserah.
Mengapa saya tidak bercerita disini? 
Satu kemungkinan, kalian akan merasakan seperti apa rasanya, jika kalian jadi saya, jika kalian lihat apa yang saya lihat, jika kalian mengalami 19 tahun hidup saya, jika kalian melakukan apa yang saya lakukan.


Benar rasanya, husnudzon Allah kepada saya, bahwasanya Allah sayang saya, Allah perduli, Allah melihat dan Allah mendengar, seperti terbayar sudah.. terbayar sudah hingga detik itupula saya berfikir..
Allah memang memperhatikan saya.

Ah.. rasanya sulit saya deskripsikan bagaimana, mengapa, awalnya seperti apa dan lain sebagainya, dan jikapun saya bisa, pasti tidak akan dengan mudah kalian terima dengan nalar otak.


Singkat cerita, satu bulan yang lalu.. Entah mengapa, saya amat tidak tau..
Malam itu, saya asyik liat gallery foto di smartphone saya, saya berhijab disitu. Foto yang saya ambil ketika ada pengajian rutin keluarga.
Tiba tiba, saya memperhatikan diri saya sendiri.. "Gimana ya kalo dikerudung?" 
Saat itu juga, saya ambil kerudung yang saya punya.. Saya coba coba.. saya pakai.. saya berkaca.. saya tanya semua keluarga saya hahaha. Lucu memang, tapi itulah adanya.. Saya merasa belum siap.. tapi saya ingin siap..
Apa Allah yang membalikan hati saya?

Beberapa minggu sebelumnya, dipengajian rutin hima, saya berhijab.. Dan saya berdoa di depan kaca kampus.
"Yaa Allah.. Semoga bisa siap secepetnya deh ya. Semoga dikasih hidayah" Do'a itu saya juga sambil cengengesan, senyum senyum iseng.Dan mulai saat itu, saya bertanya kepada teman-teman saya, "How does it feels like, wearing hijab?" Serius. Saya sampai menanyakan sedetail mungkin, dan saya bilang kepada siapapun yang saya tanya, bahwa saya galau.. saya dilema.. saya takut.. hal itupun, saya bicarakan sambil tertawa santai.

Senin pagi, setelah saya galau setengah mati, saya tidak bisa tidur,  akhirnya, saya memutuskan untuk berhijab. Entah mengapa saya memutuskan itu. Saya sudah sepenuhnya siap? Belum.. Saya tidak sempurna.
Saya haya belajar.. memantaskan diri.

Saya pernah baca bukunya Hippo Santosa..
Isinya, beliau bilang..
 "Mau tau kenapa jodoh belum saja datang? Mengapa lama sekali datangnya? Mengapa tidak datang datang?
Allah sedang memberi kalian waktu, untuk memantaskan diri kalian. Contohnya saja, misalnya, kalian meminta jodoh kalian itu ingin yang seperti A B C D E F G hingga Z dalam do'a yang kalian panjatkan. Ibaratnya, Allah menghitung, berapa nilai do'a yang kalian minta kepada Allah. Misalnya, do'a kalian 10.. Meminta jodoh yang seperti ini dan itu. Ketika kalian meminta jodoh bernilai 10, misalkan, yang ibadahnya rajin ganteng, orang kaya, pintar, bisa menjadi imam yang baik. Jika kalian saja nilainya masih 6,5 kan belum pantas.. Maka.. sebelum dikabulkan.. Pantaskan dulu agar seimbang.

Saya lupaaaaaa tepatnya bagaimana buku itu dijelaskan. Tapi ya.. itu penulisan singkat untuk apa yg saya tangkap. Jika kalian tidak percaya, silahkan baca sendiri saja versi yang asli hehehe.
Jika kalian memang berfikiran negatif mengenai apa yang saya tulis, atau bahkan mengenai diri saya sendiri.. Ya.. Lillahita'ala.

Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang yang tidak (mau) memahami. Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (Qs. Ar-Rum: 59 - 60)

Jika kalian ingin mencibir.. Silahkan..
Tapi, jika saya jadi kalian, saya akan berfikir 2x karena ayat diatas. hehe. Apa kalian golongan org yang hatinya terkunci? tidak mau memahami? dengan kata lain... tidak meyakini kebenaran ayat-Nya? :)
Tidak perlu saya tanyakan kenapa.. Pintu hati yg terkunci, hanya yang punya kunci yang bisa buka kan?


Pada intinya, saya hanya memantaskan diri saya.. entah itu untuk jodoh, untuk rezeki, atau untuk Jannah..
Jika Allah saja sudah memberikan perhatiannya kepada saya, karna itu yg saya rasakan.. Mengapa tidak saya  belajar pantaskan diri saya, untuk berada lebih dekat dengannya? :)



No comments:

Post a Comment