Teruntuk penguasa kaya raya
Sudah bukan sebuah fenomena rupanya,
keluh kesah air mata kasta bawah hanya dilihat.
Lemah dan tidak kuat. Menangis karena tidak hebat.
Sudah tidak aneh rasanya kasta yang
miskin, lemah, jelata, susah, sedih, atau bahkan.. merana.
Sudah tidak aneh.. sudah tidak tabu.
Sebuah analogi yang sama, dimanapun
terjadi.
Analogi yang sama mungkin terjadi pada
hidup kita. Hidup kami. Aku, atau kamu.
Coba lihat karena kita sama, seharusnya
kita setara!
Pedih, sungguh rasanya pedih. Begitu
realita kasta bawah.
Kami dibawah, seperti kaki.
Tidak sering dilihat ketika berjalan,
tapi kami membantu menopang kalian.
Kalian adalah sebagian besar tubuh yang
menguasai semuanya.
Kami hanya di injak, tidak terlihat.
Tapi sejujurnya, tanpa kami kalian tidak bisa berjalan.
Upaya kami yang tidak terlihat karena
jelata, hanya lebih membuat kami banyak menitikan air mata.
Kami sudah lelah menangis.
Jika ada kata yang lebih menggambarkan
dari kata ‘sakit hati’. Kami sudah
mengucapkannya dari jauh jauh hari.
Kami pula tak ingin rasanya merangkak
dibawah anak tangga kehidupan.
Kami tak ingin meraung raung meminta
pertolongan jika memang tidak terlalu membutuhkan.
Pedihnya kami, akan menjadi memori..
Memori dimana kami tidak akan pernah
lupa seberapa sakit hati.
Satu katapun, akan selalu kami ingat.
Terutama salah satu penguasa yang bicara.
Ingatan kami, membuat kami semakin sakit
hati sehingga bertekad bulat untuk pergi dari semua ini.
Suatu saat karena kuat, kami akan
menjadi penguasa yang lebih hebat. Penguasa yang kaya raya tanpa banyak bicara.
Khayalan dan gurauan kami akan menjadi
kenyataan, ini adalah bukti mati bahwa itu menjadi sebuah doa.
Pada saatnya nanti..
Kalian akan tau sehebat apa kami ketika
kami bicara, kalian akan tau seberapa kuat kami saling bersandar ketika menangis
Kami merangkak bersama seraya menitikan
air mata, kami berbagi cerita dan saling percaya
Brengsek?!
Kata brengsek terlalu kasar untuk menggambarkan
masa lalu kami pada saatnya nanti
Kami akan tetap tersenyum dan baik baik
saja. Sama halnya seperti biasanya.
Tanpa kalian sadari, kalian adalah salah
satu hal penting yang membuat kami sakit hati.
Kepada yang terhormat, para pemegang
uang yang berkuasa untuk bicara.
Akhirat nanti tidak akan pernah
mengkhianati kami
Akan tiba saatnya kami hanya duduk dan
bertugas untuk percaya bahwa karma itu memang ada.
Terimakasih banyak, karena sudah memberi
kami cambukan yang hebat.
No comments:
Post a Comment