Tuesday, February 24, 2015

THE UNSEEN - 1

Udah lama rasanya saya gak nulis di blog ini, saya masih duduk sebagai mahasiswa dengan tugas yang membabi buta.
Secara mengejutkan kemarin-kemarin ada yang nanya tentang blog saya yang apa adanya ini.. Wah, saya pikir ada yang baca ya. Terimakasih sekali.. :)
Dia bilang blog saya ini terlihat emosional. Padahal mungkin tidak selalu. Ada kalanya blog saya ini memposting tulisan yang nyeleneh. Hahaha.
Intermezo jari tangan saya terlalu panjang, padahal saya intinya ingin menceritakan sesuatu yang mungkin seharusnya bisa membuka banyak 'mata'.




Tidak semua orang bisa memahami proses belajar orang lain, yang ada.. 'sekali salah, ya dia bodoh'.
Contohnya begini, anggaplah kita anak kecil, yang tidak selalu benar dalam belajar, pada hakikatnya memang selalu ada yang salah dalam proses belajar menjadi benar.
Anak kecil belajar mengkalikan angka, ketika itu dia salah dan mendapatkan nilai 0, atau bahkan ia tidak naik kelas.
Ini lah proses belajar, mayoritas akan menganggap dia bodoh, tanpa tau, alasan kenapa dia bodoh.
Dan sisanya, yang amat-sangat jarang terjadi, akan tetap berteman dengannya dan mengetahui kenapa dia bodoh.

Seperti itu pula hidup.

Beberapa bulan lalu, saya bicara panjang lebar memutar arah kesana kesini dengan seorang lelaki, dari agama yang berbeda. Yang saya salut, dia jauh lebih menghargai saya, dibanding mungkin beberapa orang yang satu agama.
Ini yang saya ingin beritahu kepada kalian semua.
Waktu itu saya pakai foto SMA saya, yang masih belum pakai kerudung. Lalu dia tanya kenapa..
Pada saat itu, dia adalah orang kedua yg bertanya.
Saya bilang, saya kangen masa SMA. Lalu dia tanya tanya tentang kerudung.
Ya.. saya jujur, hanya belajar memantaskan diri.
Saya masih belajar, sudah tentu masih banyak salahnya.
Saya bilang dengan bahasa informal.

"Kadang orang itu gak tau ya apa yang kita lakuin. Kalo salah dikit, salah aja seterusnya. Padahal kan gak gitu. Emang orang lain tau ibadah aku? Kan enggak."
Lalu saya jelaskan apa yang saya lakukan sedari dulu sebelum pakai kerudung. Mulai dari yang wajib hingga yang sunnah.

Dia kaget. Dia non-muslim, dan sekolah bertahun-tahun di sekolah negeri dengan mayoritas islam dan mengharuskan dia tau mengenai Al-qur'an, Al-fatihah, atau hal-hal kecil lainnya. Saya juga kaget ketika saya tau, dia mengerti istilah-istilah islam.. seperti khatam, istigosah, itikaf, atau bahkan sunnah ketika dia tau apa yang saya lakukan.
Saya kaget, karena dia bilang, banyak temen dia yang tidak bisa seperti itu.

Lalu saya bilang..
"Bukan maksud aku sombong, naudzubillah himindzalik. Tapi kan kenyataannya emang orang gak tau ibadah apa yang kita lakuin. Yang wajib itu susah, contohnya.. Kamu ke gereja juga kadang males kan? Tapi tetep kamu jalanin, karna kamu tau itu wajib. Se-eggaknya, aku tau apa kewajiban aku.. Soal bener atau ngga, Allah yang hitung. Namanya juga usaha, masih banyak salahnya.. Godaannya apalagi."

"Ada.. yang nasehatin, jangan buka kerudung, nanti gini-gitu.. Eh.. taunya mabok. Kan aneh.. Ada yang gak pakai kerudung malah lebih rajin ngaji nya, ada.. Terus mana yang bener? Bener-salah itu relatif. Yang absolut itu Allah yang tentuin. "
Gak usah usil, gak usah merasa selalu benar.
 Toh kita sendiri gak tau apa yang mereka rasain ketika menjalankan proses belajarnya.

Salah? Ya perbaiki!
Para hadirin sekalian, yang mungkin lebih pintar..
Ada waktunya ketika yang salah itu bisa diperbaiki, ada waktunya.
Tidak melulu dalam hitungan detik bisa memahami cara memperbaikinya.
Memangnya semua bisa diperbaiki dalam hitungan detik? Memangnya semua kesalahan bisa dihapus pakai penghapus kertas? :)


Selama ini, banyak pengalaman yang bisa diambil.. banyak juga hal yang ternyata luput dari proses 'menghargai'. Hikmah dari apa yang telah dilakukan.
Di agama yang berbeda, bahkan pelajaran PKN sekalipun, tidak luput dari kata saling menghargai. 
Ini yang sulit setelah beranjak dewasa dan semua kalian anggap seolah tatapan kalianlah yang paling benar.

Begini..
Tidak semua orang yang tidak menggunakan hijab itu buruk, terlepas dari amalan Allah.
Al-qur'an memang mengharuskan wanita berhijab, menutup aurat.. Tapi..
Siapa sangka yang tidak pakai kerudung itu khatamnya sudah berkali-kali?
Siapa sangka yang tidak pakai kerudung itu kental dengan ibadah masjid?
Siapa sangka yang pakai kerudungpun bisa melakukan hal haram?
Apa bisa kalian mengukur dengan konkrit amalannya?
Allah yang mengatur seberapa berat amal dan dosanya. Bukan kita. Bukan kamu.
Jadi untuk apa kamu menghakimi urusan orang lain?
Mengingatkan itu perlu.. Tapi perlu digaris bawahi, mengingatkan itu bukan menghakimi.

Si A baik karena begini, si B buruk karena begitu.

Yang salahnya itu, bisa bermacam macam.
 Proses saya belajar, tentu berbeda dengan kamu.
Coba aja orang punya cara pandang yang lebih lapang. Tidak hanya benar-salah, tapi juga pemahaman sebab-akibat.

Saya pribadi, sebelum pakai kerudung banyak yang tanya.. Kapan pakai kerudung.. karena mereka tau saya sebenarnya seperti apa..
Ketika saya belajar pakai kerudung, banyak  yang tanya kenapa..

Pada akhirnya ada masa ketika kamu tau, siapa yang patut dihargai ketika melihat kamu salah.

Kamu tidak tahu apapun alasan konkrit dari pilihan memakai, atau tidaknya sehelai kerudung.
Jangan hanya menilai, memakai itu baik, dan tidak itu buruk.
Namanya belajar, prosesnya berbeda.
Apapun konteksnya, ada yang terbiasa 'belajar' dari kecil..
Ada yang sedang mencoba 'belajar' pada waktu-waktu tertentu..
Atau ada yang salah ketika 'belajar'
Bahkan ada yang masih menunggu 'niat' untuk belajar

Alasan itu banyak, hanya saja tidak terlihat karena benar-salah itu terlalu sering dibicarakan.:)

1 comment:

  1. Nice ;)
    Benar, semua butuh proses seperti si cantik kupu kupu yg harus jdi kpompong dulu utk bisa seindah sekrang.

    ReplyDelete